|
Cover "Botchan Si Anak Bengal" |
Judul : Botchan Si Anak Bengal
Penerjemah : Jonjon Johana
Penerbit : Kansha Books (Versi Indonesia)
Terbit : 1906 (Versi asli)
Cetakan I, Juli 2012 (Versi bahasa Indonesia)
Tebal : 233 halaman
Sejak kanak-kanak, Botchan tidak pernah lepas dari ‘masalah’.
Orangtuanya menganggapnya anak berandalan tanpa masa depan. Tidak ada
yang menyukai maupun memahami tingkah lakunya, kecuali wanita tua yang
menjadi pelayan keluarga mereka.
Berbekal warisan yang sedikit, Botchan berhasil lulus sekolah.
Seperti biasa, tanpa berpikir panjang dan spontan, dia memutuskan untuk
menerima tawaran menjadi guru. Ternyat, menjadi guru yang jujur di
daerah pelosok tidak semudah yang dibayangkan.
Sinopsis (Spoiler Alert)
Masa kanak-kanaknya penuh dengan masalah. Sehingga ayah, ibu, dan kakaknya sendiri tidak menyukainya. Namun, pembantu mereka, Kiyo, menyayangi Botchan sepenuh hati meskipun Botchan adalah anak yang bandel.
Saat ia menginjak kelas 3 SMA, ia menjadi yatim piatu. Berbekal warisan yang sedikit, ia berhasil lulus sekolah di Tokyo University of Physics. Ia mendapat tawaran untuk menjadi guru di Matsuyama, Pulau Shikoku. Kota terpencil yang masih sangat tradisional. Ia diterima di sana sebagai guru matematika.
Namun, keadaan tidak sesuai seperti yang ia harapkan. Murid-murid di sana bandel-bandel. Rekan sesama gurunya pun aneh-aneh. Namun, guru yang menjadi fokus dalam novel ini adalah guru matematika bernama Hotta, guru olahraga bernama Koga, guru kepala (Si kemeja merah), guru seni, dan kepala sekolahnya. Di sana, ia menginap di sebuah kos-kosan milik teman Hotta.
Baru beberapa hari mengajar, murid-murid sudah berulah. Mereka menjahili Botchan dengan perdebatan, perkataan, perbuatan, dan tulisan-tulisan. Pada suatu hari, si Kemeja Merah dan guru seni itu mengajak Botchan pergi memancing. Botchan menyetujuinya. Pada suatu saat, Botchan merasa bahwa mereka berdua membicarakan sesuatu tentang Botchan. Tentang kenakalan murid-murid serta Hotta. Botchan mengetahui ada yang tak beres. Namun, botchan diam saja.
Esoknya, diadakan rapat mengenai kejahilan murid-murid. Kepala sekolah memimpin jalannya rapat. Seusai rapat, tiba-tiba Hotta meminta Botchan pergi dari tempat kos dan pindah ke tempat kos lain. Hubungan antara Hotta dan Botchan menegang. Namun hubungan dengan Si Kemeja merah tidak menegang.
Akhirnya, Botchan mendapat tempat kos lain milik rekan Koga, si guru olahraga. Tempat itu dirawat oleh seorang nenek. Ia selalu menyuguhi Botchan dengan ubi hingga Botchan sendiri kesal.
Sudah kebiasaan Botchan, pergi ke kota sebelah untuk mandi di pemandian air panas. Namun suatu hari ia bertemu Koga dan Si kemeja merah. Mereka semua berangkat dalam satu kereta, namun berpisah saat tiba di stasiun. Botchan pun langsung mendatangi pemandian. Setelah keluar dari sana, dia melihat ada dua bayangan manusia di kejauhan. Setelah ia menelitinya, ternyata itu adalah Si Kemeja Merah dan
Madonna, calon istri Pak Koga. Dari situ, terdapat konflik di dalam hati Botchan, siapa yang jahat antara Si Kemeja merah atau Hotta.
Tiba-tiba, terdengar berita bahwa Pak Koga akan pindah ke sebuah kota terpencil. Dan Botchan akan mendapat gaji tambahan. Namun Botchan menolaknya karena merasa gaji tambahan itu adalah jatah Pak Koga sebelumnya. Saat menanyakannya pada Si Kemeja Merah, ia berkata bahwa Koga pindah atas kemauannya, bukan paksaan dari pihak sekolah.
Akhirnya, diadakan pesta untuk melepas kepergian Pak Koga. Namun sesuatu yang ganjil terjadi. Bukannya malah sedih, para guru seperti Kemeja merah, dan guru seni malah bersenang-senang dalam pesta itu. Mereka mabuk-mabukan. Botchan dan Hotta mulai merasa ada hal yang disembunyikan oleh Si Kemeja Merah.
Esoknya sekolah diliburkan karena ada perayaan nasional. Para guru mendampingi murid-muridnya pada saat berjalan menuju lapangan besar. Namun saat itu terjadi perkelahian antara SMA tempat Botchan mengajar dengan SMK lain. Setelah upacara di lapangan besar, Botchan beristirahat dan pulang ke kos-kosan sang nenek. Lagi-lagi Botchan disuguhi ubi.
Sorenya, Hotta dan Botchan diajak adik Si kemeja merah untuk melihat acara pesta perayaan. Lagi-lagi tawuran terjadi. Hotta dan Botchan kini berusaha melerai. Namun sia-sia. Mereka malah berakhir babak belur. Saat polisi datang, para siswa langsung
semburat. Hotta dan Botchan dibawa ke kantor polisi dan diperiksa sebagai saksi.
Esoknya, koran memberitakan tentang tawuran itu. Namun di situ tertulis bahwa ada guru yang mengompori para siswa untuk berbuat seperti itu. Dan guru yang dimaksud sepertinya mereka berdua. Hotta dipanggil pihak sekolah atas kejadian tersebut dan disuruh untuk membuat surat pengunduran diri. Namun Botchan tidak.
Mereka mulai curiga dengan hal ini. Apakah Si Kemeja Merah yang melaporkan hal ini kepada pihak koran? Sebagai kawan, Botchan juga ingin membuat surat pengunduran diri. Namun kepala sekolah tak menyetujuinya dengan alasan tidak ada lagi yang mengajar matematika.
Hotta pun pergi dari sana. Namun ia tinggal di kota pemandian. Ia ingin memata-matai Si Kemeja merah mengingat bahwa ia pergi kesana. Hotta ingin membalas dendam atas kelicikan yang diperbuat Si Kemeja Merah kepadanya. Botchan pun juga ikut memata-matai.
Pada suatu sore, dua orang
geisha masuk ke sebuah penginapan. Hotta menduga bahwa mereka adalah
geisha sewaan Si Kemeja Merah. Benar saja, Sekitar pukul 10 malam Si Kemeja merah dan guru seni datang ke penginapan itu. Mereka membicarakan sesuatu tentang Botchan, Koga, dan Hotta.
Botchan dan Hotta menunggu semalaman sampai Si kemeja merah dan guru seni itu keluar. Sekitar pukul lima pagi mereka keluar. Hotta dan Botchan membuntutinya hingga sebuah tempat yang sepi. Setelah itu Hotta dan Botchan menghajar Si Kemeja merah habis-habisan.
Lalu, Hotta dan Botchan meninggalkan tempat itu. Botchan mengemasi barangnya dan kembali ke Tokyo dan menemui Kiyo. Di Tokyo, Botchan mendapat pekerjaan sebagai teknisi perkeretaapian.
Sebenarnya, dugaan Hotta dan Botchan mengenai kepergian Pak Koga adalah strategi Si Kemeja Merah agar mendapatkan
Madonna dengan menjauhkan Koga dari Madonna. Alasan mengapa Koga mau pergi adalah mungkin karena Koga luluh hatinya dan terpaksa mengikuti kehendak Si Kemeja merah yang pandai bersilat lidah.
Pemecatan Hotta pun mungkin karena Hotta akan menyulitkan Si Kemeja merah. Sedangkan Botchan dibiarkan tinggal karena ia mungkin akan dengan mudah dikelabui oleh perkataan Si Kemeja Merah.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
Ceritanya ringan dan sederhana tanpa ada unsur imajinasi yang berlebihan. Cara penyampaiannya pun lugas namun penuh humor.
Kekurangan
Kadang bahasa yang digunakan sangat kasar. Sehingga novel ini dikategorikan sebagai novel remaja, bukan anak-anak.
Penutup
Semoga cukup membantu bagi anda yang ingin membeli novel. Mohon maaf
bila terjadi kesalahan kata. Terima kasih telah membaca blog saya :)